
Tanjung Priok, Jakarta Utara, akhirnya mulai terurai.
Pada Sabtu (19/4/2025) pagi, berdasarkan pantauan CCTV online, sejumlah truk dan kontainer yang sebelumnya terjebak dalam antrean panjang kini dapat bergerak lancar.
Menurut data dari sistem pemantauan CCTV online yang dapat diakses melalui website resmi http://cctv.priokport.co.id/public, kondisi arus lalu lintas di beberapa titik utama di Pelabuhan Tanjung Priok sudah kembali normal.
Titik Pos 9 Gate, area Palabuhan Tanjung Priok yang sebelumnya sering dilaporkan mengalami kemacetan, kini terlihat lancar tanpa antrean kendaraan.
Begitu pula dengan titik-titik lain seperti Simpang 3 Bangka, Jalan Banda-CFS, dan Pos 9 Kolinlamil, yang juga tidak menunjukkan adanya antrian kendaraan.
Kondisi serupa juga terlihat di Jalan Benda-BC, Jalan Pasoso-PMK, dan Jalan Pasoso, yang beberapa hari sebelumnya terhambat oleh kemacetan parah.
Pada Sabtu pagi ini, kendaraan di jalan-jalan tersebut dapat melaju dengan lancar tanpa hambatan.
Titik-titik yang berada di sekitar JRP Barat, JRP Timur, serta JRP-JICT2 hingga JRP-TO3, yang selama ini berimbas kemacetan, juga terpantau normal.
Arus kendaraan di sepanjang kawasan Pelabuhan Tanjung Priok kembali mengalir lancar, memberikan kelonggaran bagi para pengendara yang sempat terjebak dalam kemacetan beberapa hari sebelumnya.
Sebelumnya, kemacetan yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok ini bermula sejak Rabu (16/4/2025) malam dan berlangsung hingga Jumat (18/4/2025) pagi.
Direktur Eksekutif Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, menjelaskan bahwa kemacetan panjang tersebut disebabkan oleh peningkatan aktivitas bongkar muat di Terminal NPCT One yang terjadi akibat keterlambatan kedatangan tiga kapal asing.
“NPCT 1 ini kedatangan kapal yang seharusnya sudah datang satu minggu lalu. Tiga kapal ini, yang dua seharusnya datang minggu lalu, satunya lagi harusnya datang 24 jam sebelumnya,” kata Drajat di Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Priok, Jumat (18/4/2025).
Drajat menjelaskan bahwa keterlambatan kapal tersebut terjadi karena faktor dari pelabuhan sebelumnya yang mengalami penundaan.
“Ini seperti pesawat delay, satu bandara akan menyebabkan delay di bandara lain. Ini sama, pelabuhan sebelumnya delay, ya selanjutnya akan delay,” ujar dia.
Meskipun keterlambatan kapal ini tidak diprediksi akan berdampak pada volume bongkar muatan, namun pada kenyataannya, terminal Pelindo terpaksa menangani lebih banyak kontainer dari yang semula diperkirakan.